oleh : Dr. HM Harry Mulya Zein
Kejujuran terkesan mahal di negeri ini. Berbuat dan berkata dusta justru terkesan menjadi suatu hal yang lumrah. Kedustaan seakan diumbar tanpa memiliki rasa bersalah dan takut akan dosa. Individu, masyarakat, dan bangsa yang sudah tidak mengutamakan kejujuran dipastikan akan dihampiri kehancuran. Kejujuran adalah dasar dari kehidupan keluarga, masyarakat, dan bangsa.
Kejujuran adalah prasyarat utama pertumbuhan dan perkembangan masyarakat yang berlandaskan prinsip saling percaya, kasih sayang, dan tolong menolong. Kejujuran adalah inti dari akhlak yang merupakan salah satu tujuan diutusnya Rasulullah oleh Allah SWT.
“Menjauhi dusta karena dusta akan membawa kepada dosa dan dosa akan membawamu ke neraka. Biasakanlah berkata jujur karena jujur akan membawamu pada kebajikan dan membawamu ke surga” (HR Bukhari dan Muslim)
Hakikat kejujuran ialah mengatakan sesuatu dengan jujur di tempat (situasi) yang tidak ada sesuatu pun yang menjadi penyelamat, kecuali kedustaan. Secara psikologis, kejujuran akan mendatangkan ketenteraman jiwa. Sebaliknya, seseorang yang tidak jujur pasti tega melakukan perbuatan serta menutupi kebenaran.
Kedustaan dan ketidakjujuran akan selalu meresahkan masyarakat, yang pada gilirannya akan mengancam stabilitas sosial. Ketidakjujuran selalu akan membawa pada ketidakadilan, disebabkan orang yang tidak jujur akan tega menginjak-injak keadilan demi keuntungan material pribadi atau golongannya saja.
Pribadi yang jujur merupakan roh kehidupan yang teramat fundamental karena setiap penyimpangan dari prinsip kejujuranpada hakikatnya akan berbenturan pada suara hati nurani. Seperti contoh, penyelenggara negara pada setiap aktivitasdalam rangka melayani masyarakat tentunya tidak menanggalkan prinsip kejujuran.
Kejujuran juga akan melahirkan penghargaan terhadap hak-hak orang lain. Sebab, kejujuran sebagaimana yang telah kita uraikan di atas juga akan menumbuhkembangkan kecintaan terhadap kebenaran, keadilan, dan kedisiplinan. Namun, kejujuran tidak akan datang begitu saja, tetapi harus diperjuangkan dengan sabar dan sungguh-sungguh. Seorang ulama menegaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapat membantu kita dalam mencoba meraih kejujuran.
Pertama, akal yang wajib memandang buruk kedustaan apalagi jika kedustaan itu sama sekali tidak mendatangkan kemanfaatan dan tidak mencegah bahaya. Kedua, agama dan syariat yang memerintahkan untuk mengikuti kebenaran dan kejujuran serta memperingatkan bahaya kedustaan. Ketiga, kedewasaan diri kita yang menjadi salah satu faktor pencegah kedustaan dan kekuatan pendorong menuju kebenaran. Keempat, memperoleh kepercayaan dan penghargaan masyarakat.
Ada sebuah kata mutiara, “jadikanlah kebenaran (al haq) sebagai tempat kembalimu (rujukan), kejujuran sebagai tempat pemberangkatanmu, sebab kebenaran adalah penolong paling kuat dan kejujuran adalah pendamping utama.”
Karena itu, sejatinya pribadi Muslim untuk terus membangun kejujuran dalam melakukan semua aktivitas. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar