Minggu, 15 Januari 2012

Belajar mencintai




“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At Taubah ; 128)

Islam hadir, memang sebagai suatu manajemen kehidupan dan sistem kontrol yang praktis, mudah, dan memanusiakan manusia. Bukan sebaliknya, membuat diri serba sulit dengan ritual-ritual kosong tanpa pemaknaan. Apalagi menindas diri manusia, baik dalam tingkat populasi kecil ataupun besar. Islam benar-benar ingin hadir untuk menyelamatkan kehidupan manusia dari kekotoran, kehinaan, kenistaan, kesulitan, dan kesedihan.

“Kami tidak menurunkan Al Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah” (QS Thaha : 2)

Sehingga Allah SWT menyiapkan semua perangkat dalam risalah ini agar bisa dengan mudah dipahami, diakses, baik dengan hati

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (QS Al Qamar : 32)

maupun dengan akal

Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (QS Ali Imron : 19)

Di dalam realitasnya, Islam - dengan segala kebaikan yang terkandung di dalamnya, perlu untuk diterjemahkan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Harus ada parameter yang jelas bagi setiap diri kita untuk menjalankan agama ini secara benar. Sampai tidak ada kebingungan ataupun keraguan akibat dangkalnya pemahaman umat Islam tentang ajarannnya sendiri.
Nilai parameter itulah yang menarik untuk kita renungkan. Keberislaman seperti apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh Allah SWT. Keberagamaan yang bagaimana yang bisa dikategorikan baik, secara syariat maupun secara umum. Apakah keberislaman kaum sufi, keberislaman saudara-saudara kita di pesantren, keberislaman yang saat ini hadir di dalam kehidupan kaum selebritis, keberislaman orang-orang yang dianggap shaleh, islamnya orang yang biasa kita sebut “pak haji”, “ustadz” atau “kyai”, keislaman orang yang berdasi, atau keberislamannya orang-orang yang menganggap dunia adalah musuh utama kehidupan ?
Pembaca yang budiman, ternyata bukan keberislaman seperti yang disebutkan di atas yang Allah ingin terapkan kepada kita. Allah SWT dengan segala kemurahan-Nya menginginkan kita benar-benar selamat dalam berislam. Oleh karenanya Allah juga ingin kita semua mudah dalam mengakses risalah ini. Segala kemudahan yang Allah berikan terangkum dalam sebuah langkah sederhana, yaitu diciptakannya Rasulullah SAW. Sehingga, keberislaman Rasulullah SAW (dan para sahabatnya yang mulia) adalah standar kehidupan yang menjadi acuan kaum muslimin.
Muhammad bin Abdullah yang hadir di jazirah arab menjadi penutup para nabi dan penyempurna risalah Islam. Tidak hanya dalam konteks lokal (untuk orang arab saja), namun Muhammad SAW sengaja diciptakan Allah untuk menjadi referensi kehidupan seluruh umat manusia, baik secara syariat (orang-orang Islam) maupun kebaikan-kebaikan dan keteladanan dalam bentuk universal.
Bagi umat Islam, Rasulullah SAW merupakan mediator penjelas akan setiap syariat dan cara hidup kaum muslimin. Jika rasul tidak diturunkan, sangat mungkin terjadi banyak interpretasi atau penafsiran atas maksud Allah di dalam firman-firman-Nya. Akibatnya, hadirlah kebingungan, kekacauan, relativitas dalam pemaknaan maksud Allah untuk setiap hamba. Konsekuensi lanjutannya, Islam bisa dimaknai sebagai ajaran pengekang, pembuat kesengsaraan (karena begitu banyaknya ibadah yang hadir), atau metodologi mistik yang dimaknai oleh orang-orang modern.

Bagaimana kita seharusnya kepada Rasullullah

Rasul sebagai juru bicara Allah SWT bagi setiap umat manusia. Dialah satu-satunya manusia yang benar-benar boleh ditiru secara mutlak. Mulai dari kehidupan pribadinya di dalam rumah tangga, caranya bermuamalah dalam kehidupan, menjadi teman yang baik bagi sahabat-sahabatnya, pemimpin agama yang hanif (lurus), dan kepala negara yang adil bijaksana.
Meniru Rasulullah SAW, merupakan kegiatan yang cukup mudah dan sederhana. Kebiasaan dan kecenderungan manusia untuk menirukan perilaku orang-orang di lingkungan merupakan hal fitrah yang tidak bisa dipungkiri oleh siapapun. Bahkan, sering kita mendengar nasihat para orang tua kepada anaknya untuk berhati-hati memilih teman. Atau bagaimana remaja-remaja kita mudah sekali meniru trend yang hadir lewat internet maupun televisi. Hal ini, tidak lain dan tidak bukan, karena kita selaku manusia memiliki kecenderungan mudah terpengaruh dan meniru orang lain.

Dengan kecenderungan mudah meniru tadi, timbullah satu pertanyaan turunan, bagaimana mungkin kita meniru Rasulullah SAW, sedangkan Rasullullah sudah wafat lima belas abad yang lalu. Pembaca yang baik, Allah sudah memperhitungkan itu dengan sangat baik. Kemurahan-Nya lagi-lagi selayaknya membuat kita tertunduk malu karena kurangnya bersyukur. Karena, Allah memerintahkan kepada kita untuk mengikuti apa yang Rasulullah SAW perintahkan dan menghindari apa yang Rasulullah SAW larang. Simaklah firman Allah di dalam surat Al A’raaf ayat ke 158 berikut ini :

Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk".

Pembaca yang dirahmati Allah, dengan perintah Allah di atas maka mengikuti bagaimana cara hidup Rasulullah merupakan kebaikan dan bernilai ibadah di hadapan Allah. Sehingga yang menjadi perhatian kita sekarang, bukan penting atau tidaknya kita mengikuti kehidupan Rasulullah SAW, tapi lebih kepada pertanyaan, bagaimana kita mengikuti cara hidup Rasulullah SAW.

Menghadirkan Rasulullah SAW di dalam kehidupan

Kita bisa mengikutikehidupan Rasulullah dengan menghadirkan beliau dalam kehidupan kita. Tentu saja, maksudnya bukan secara fisik, namun nilai dan keteladanan beliau yang menjadi nafas gerakan hidup kita. Beberapa cara praktis untuk meniru kehidupan Rasulullah SAW bisa kita lakukan dengan langkah-langkah berikut :

a.      Mempelajari secara utuh tentang kehidupannya

Jarak yang jauh (baik tempat maupun waktu) antara kita dengan Rasulullah SAW memang menjadi hal yang cukup diperhitungkan dan bisa menimbulkan banyak kesulitan. Namun, seiring berkembangnya dunia teknologi (dan tentu saja berkat karunia Allah SWT) kita bisa mencari informasi tentang kehidupan Rasulullah SAW secara lengkap dan integral. Kegiatan ini bisa dimulai dengan mengikuti kajian-kajian tentang kepribadian Rasulullah SAW, buku-buku, artikel, hadits-hadits yang memaparkan kehidupannya.
Kebanyakan kaum muslimin tidak lengkap mempelajari kehidupan rasulullah SAW. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan yang aneh. Dianggap ‘alim (mengerti agama) tapi sering mencela saudara-saudara muslim lainnya yang mungkin berbeda dalam hal furu’ (cabang, bukan pokok keislaman), meniru sikap zuhud Rasulullah SAW tapi menjadi malas bekerja, dan penyimpangan-penyimpangan lainnya.

b.      Pastikan sumber informasi yang anda dapat tentang kehidupan Rasulullah SAW benar-benar shahih dan bisa dipertanggungjawabkan.

Saat ini, dengan segala kepentingan manusia, banyak sekali sumber-sumber yang menceritakan tentang Rasulullah SAW, namun ternyata di dalamnya terdapat kebohongan. Seperti tuduhan-tuduhan keji dan tidak berdasar atas beberapa perilaku Rasulullah SAW. Diantaranya Rasul SAW seorang tukang kawin (karena beristri banyak), pengidap pedofilia (hasrat seksual terhadap anak-anak di bawah umur), tukang perang, dan sebagainya. Karenanya, pastikan sumber yang anda dapatkan dalam mengenal Rasulullah SAW benar-benar terjamin ketepatan dan nilai keakuratannya.

c.       Mengambil hikmah keteladanan Rasulullah SAW

Setelah mempelajari kehidupan Rasulullah SAW secara utuh dan dari sumber yang benar, maka mari mulai mengambil hikmah atas semua keteladanan yang beliau contohkan dalam setiap dimensi kehidupan. Di dalam proses ini, mungkin anda tidak bisa sendiri. Tak mengapa. Cobalah lebih giat dan semangat dalam menghadiri kajian dan majelis ilmu yang menjelaskan tentang pribadi Rasulullah SAW. Anda juga bisa secara intensif dan pribadi berdiskusi dengan para ustadz/ustadzah tentang apa yang anda temui dalam upaya mengambil hikmah keteladanan Rasulullah SAW.

d.      Menirukan cara hidup Rasulullah SAW secara bertahap

Di dalam kaidah agama kita, dikenal suatu prinsip bernama tadarruj (kebertahapan). Dalam upaya kita untuk berislam, sikap tergesa-gesa di dalam pengubahan suatu standar kehidupan harus dibuang jauh-jauh. Karena agama merupakan suatu proses yang mungkin bisa berbeda untuk setiap orang. Maka semuanya harus dilakukan bertahap. Sedikit demi sedikit namun tetap rutin dilakukan. Seperti sabda Rasulullah SAW berikut ini :

“Beramallah semaksimal mungkin yang kamu mampu, karena Allah tidak akan bosan sebelum kamu bosan, dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang rutin dilakukan walaupun sedikit” (HR. Bukhari)

Begitu pula di dalam menirukan prinsip nilai yang dicontohkan Rasulullah SAW di dalam kehidupan kita. Membutuhkan kebertahapan dan keberlanjutan. Sehingga kita mampu terus konsisten (istiqomah) dalam menerapkan kebaikan di dalam hidup kita sampai akhir hayat.

e.       Terus mempelajari kehidupan Rasulullah SAW

. Sampai kapanpun keteladanan beliau merupakan topik menarik untuk digali dan dibicarakan. Mempelajari seluruh kehidupan Rasulullah SAW secara terus menerus merupakan cara yang efektif untuk membuat kita senantiasa rendah hati dan memuliakan Rasulullah SAW. Di samping itu akan menularkan kemuliaan bagi yang mempelajari dan menerapkan contoh dan teladan dari beliau. Wallahua’lam.


“...sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah.” (An Nisa : 170)




2 komentar:

  1. Assalamu'alaykum

    makasih sudah share dan mengingatkan kembali bar, tulisannya sangat bermanfaat. semoga kita bisa meniru ahlaq beliau dengan baik :)

    Sedikit cek bar, di bagian

    "Di dalam kaidah agama kita, dikenal suatu prinsip bernama tadarruj (kebertahapan). Dalam upaya kita untuk berislam, hal ini harus dibuang jauh-jauh. Karena agama merupakan suatu proses yang mungkin bisa berbeda untuk setiap orang. Maka semuanya harus dilakukan bertahap."

    kayaknya cukup ambigu, apanya yang harus dibuang bar? :)

    BalasHapus